Gus Barra : Halal Bi Halal Ini Mari Kita Bangun Komunikasi Yang Baik

MOJOKERTO, Jejakjurnalis,id – Ketua Paguyuban Kepala Desa (PKD) Kabupaten Mojokerto, Miftahuddin pada pelaksanaan Halal bi halal dihadapan ratusan anggota PKD mengatakan “jabatan kepala desa bukan sekadar posisi administratif, melainkan peran kepemimpinan sejati di tengah masyarakat. Kami bukan hanya pengatur kebijakan administratif, tetapi juga pelindung dan penggerak perubahan di tingkat akar rumput.” Tegasnya. di Den Bey Resto Pungging, Jum’at (25/4).

PKD hadir bukan hanya sebagai organisasi formal, melainkan sebagai rumah besar tempat seluruh kepala desa bersinergi, berbagi aspirasi, dan memperjuangkan keadilan sosial.

Keadilan bukan berarti sama rata, tetapi memberikan sesuai dengan kebutuhan dan porsinya, oleh karena itu, kami tidak akan tinggal diam jika ada pihak yang mempermainkan asas keadilan atau menghambat pembangunan desa.” Jelasnya.

Dirinya mengingatkan, saat ini desa telah menjadi garda terdepan pembangunan nasional. Oleh karena itu, keberhasilan program-program nasional sangat bergantung pada integritas dan soliditas para kepala desa, oleh karena itu Halal Bihalal ini sebagai titik tolak memperkuat komitmen kolektif dalam membangun desa secara adil, transparan, dan bertanggung jawab.

“Pekerjaan rumah kita banyak, mulai dari penguatan ekonomi desa melalui Koperasi Merah Putih, peningkatan kualitas pelayanan publik, hingga menjaga akuntabilitas dana desa, semua itu hanya bisa terwujud jika kita bersatu bukan hanya dalam ucapan, tapi dalam aksi nyata dan membuka lembaran baru
dengan semangat guyub rukun dalam satu wadah yang solid, serta menjauh dari praktik manuver yang justru melemahkan kekuatan kolektif. Ujar Kades Medali Kecamatan Puri

Sementara itu,
Bupati Muhammad Al Barra, menyampaikan pesan penting kepada seluruh kepala desa untuk tidak mudah tergesa-gesa dalam mengambil sikap, atau merespons suatu persoalan sebelum memahami situasi secara utuh dan menyeluruh dari berbagai sisi.

Lanjut Gus Bupati, dia mencontohkan hikmah dari salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, yakni Perjanjian Hudaibiyah.

Dia bercerita, bahwa “perjanjian tersebut pada awalnya tampak sangat merugikan Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin, karena seluruh isi kesepakatan secara kasat mata tidak menguntungkan pihak Rasulullah, semua poin dalam perjanjian itu tampak tidak berpihak kepada Rasulullah, bahkan para sahabat terdekat seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, hingga Ali bin Abi Thalib, menunjukkan kekecewaannya dan beranggapan bahwa kesepakatan itu adalah kesalahan. Ujarnya.

Atas kecerdasan, kejernihan berpikir, dan visi kenabian Rasulullah SAW melampaui emosi sesaat para sahabat dengan kesabaran dan keteguhan prinsip, Rasulullah tetap menghadiri dan menyepakati perjanjian tersebut, walau menuai kritik dan kekecewaan.

“Rasulullah itu jenius. beliau tahu bahwa pilihan yang diambil, meski pada awalnya tampak merugikan, akan memberikan dampak besar bagi umat Islam, dan benar saja, dari perjanjian itulah kemudian muncul peristiwa Fathu Makkah (penaklukan Kota Makkah) yang monumental dalam sejarah Islam.” Terang Gus Bupati

Dari kisah tersebut, Gus Barra ingin menyampaikan refleksi kepada para kepala desa untuk bersikap lebih bijak dalam merespons berbagai dinamika, termasuk isu-isu yang berkembang di tingkat pemerintahan desa maupun daerah.

Gus Barra mengimbau agar para kepala desa tidak gegabah memberikan penilaian atau pernyataan sebelum melakukan klarifikasi dan memahami duduk perkaranya secara utuh.

“Kalau memang masih ada ruang untuk klarifikasi, maka gunakanlah ruang itu. Jangan langsung membuat penilaian atau mengeluarkan statemen yang bisa menimbulkan persepsi keliru. Mari kita bangun komunikasi yang baik untuk kebaikan,” pesan Gus Barra.

Gus Barra juga menegaskan bahwa kehadirannya dalam berbagai forum, termasuk yang belakangan menjadi sorotan, bukan untuk menyepakati suatu hal tertentu secara formal, melainkan untuk merajut komunikasi, menjaga hubungan, dan memastikan bahwa semua elemen di Kabupaten Mojokerto dapat berjalan dalam sinergi.

“Rasulullah saja hadir dan menandatangani perjanjian yang kemudian dihujat. Tapi beliau tahu mana yang terbaik untuk umatnya. Maka saya berharap, kita pun belajar dari hal itu, tidak langsung reaktif, tapi mengutamakan kebijaksanaan.” ujarnya.

Gus Barra menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Mojokerto terbuka terhadap semua aspirasi. Ia bahkan menyatakan bahwa setiap ruang dialog, diskusi, dan klarifikasi senantiasa tersedia, sepanjang dimanfaatkan dengan itikad baik.

Sebagai Bupati Itu berarti menjadi pelayan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Mojokerto, termasuk seluruh kepala desa, maka, mari kita bersinergi, bergandengan tangan untuk menyukseskan program-program pembangunan di Kabupaten Mojokerto.

Mari seluruh kepala desa untuk memperkuat sinergi, menghindari konflik yang tidak perlu, serta menjadikan komunikasi dan dialog untuk musyawarah mufakat, sebagai dasar dalam menyelesaikan setiap persoalan.

Dengan demikian, pembangunan di Kabupaten Mojokerto dapat berjalan lebih cepat, lebih merata, dan berkeadilan.

“Jika ada hal-hal yang dirasa belum tepat, mari kita duduk bersama, kita bahas dengan kepala dingin. Pemerintah Kabupaten Mojokerto selalu terbuka, kita ingin melangkah bersama, tidak terpecah oleh prasangka.” Harapnya.

Hadir dalam acara itu adalah KH. Asep Syaifudin Chalim, perwakilan dari TNI-POLRI, beberapa pejabat dari Pemkab Mojokerto, Camat se Kabupaten Mojokerto, dan Pengurus dan Anggota PKD Kabupaten Mojokerto. (Rubik)

admin

Recent News